Sabtu, 20 April 2019

Aliran Rasa Game Level 1

Tak terasa 17 hari tantangan Game Level 1 telah berakhir. Game perdana yang cukup membuat batin ini bergemuruh untuk terus memperbaiki komunikasi dengan pasangan dan anak. Entah kenapa, aq masih sering kesulitan melakukan komunikasi yg produktif.

ke anak, aku hanya butuh kesabaran yang lebih agar bisa terus produktif, tapi ke suami rasanya sulit sekali, sudah1 tahun lebih aku tidak lagi pernah mengungkapkan uneg-uneg yang ada. Aku hanya terus fokus pada perubahan diriku agar bisa terus ikhlas menerima keadaan, menerima segala kekurangannya dan menghindari konflik dengannya. 

Tapi itu semua sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Disaat aku lelah, sering kali aku marah, berontak dan teriak untuk meluapkan emosiku. itu semua aku lakukan disaat suami sedang tidak dirumah, dan anakku yang pertama sering bertanya, "Bunda kenapa kok teriak-teriak? disaat seperti itu aku hanya bisa terdiam sambil memeluknya erat. tak jarang tangan mungilnya itu membasuh air mataku sembari berkata :" Udah,,,Bunda jangan nangis lagi ya? dirayunya aku dengan kecupan dikening, seolah mempraktikkan cara bundanya disaat menenangkannya ketika menangis. Ah,,, anakku,,, kau membuatku malu... :(

Ya Robbi, aku lelah,,, kenapa aku bisa seperti ini? aku tak tau harus bagaimana saat ini, perlahan rasa dihatiku seolah memudar untuknya. Aku tak ingin terus begini, aku punya anak-anak yang harus terus mendapatkan hak kedua orang tuanya. Aku ingin pernikahan ini bertahan selama-lamanya seperti komitmenku diawal pernikahan, tapi dia tak pernah mengajakku tuk selalu berada di dekatMU, aku merasa menjalani rumah tangga sendiri.

Mungkin inilah takdir jodohku, dulu aku memaksaMU untuk memberikannya kepadaku sebagai imam. Tapi kini ku baru tau, dia begitu cuek dan tak pernah membimbingku, amarahnya selalu meledak-ledak disaat aku bermuka masam karena menahan kesal akan sikapnya. ya Robb,,  terimakasih karena telah mengabulkan permohonanku saat itu, jika aku tau akan terjadi seperti ini mungkin aku tak akan pernah memintanya. Maafkan aku jika do'aku pada saat itu seolah memaksa, seolah takut tak ada lelaki lain. Maafkan aku ya Robb,,

Sungguh aku ingin hubungan ini membaik, ingin bisa terbuka dengan suami, ingin merasakan surga dunia karena kedamaian hati dalam menjalani hari.

Aku tak boleh menyerah, aku harus terus berusaha  demi keutuhan rumah tangga. Melakukan apa yang disarankan oleh banyak teman seangkatan di kelas Bunda Sayang untuk terus mendekatkan diri pada sang pencipta agar hati tenang. Memang selama ini sepertinya aku terlalu sombong, karena kesibukan aktivitas harian aku hanya fokus pada ibadah wajib saja, padahal ketenangan hati tak cukup dengan itu. Karena yang wajib pun mungkin aku belum sempurna dalam kekhusyukan.

Bismillah,,, Semangat Berubah,,, Arrohah Fil Jannah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar