Jumat, 06 Maret 2020

Peran orangtua dalam membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak

Pertanyaan 1
Oky Yuwanti
Ketika usia anak 0-2 th, anak didekatkan dengan ibu dg menyusui. Lalu, dimasa itu apa peran ayah lainnya selain mendukung proses meng-ASI-i?
Pada usia 0-18 bulan, fitrah seksualitas anak pada fase oral.
Tahapan pada fase oral ini jika dibreak down ada beberapa tahap.
0-3 bulan, dimana eksplorasi kemampuan anak melalui proses menyusu. Sehingga pada fase ini seyogyanya anak didekatkan pada ibunya. Sedapat mungkin menghindari penggunaan dot. Karena pada fase ini, sebaiknya dihindari anak bingung puting.
3-6 bulan, pada dasarnya masih sama. Biasanya pada fase ini ada beberapa anak yang memperoleh kenikmatan oral melalui jari - jari tangan. Mulai menanam sedikit demi sedikit rasa kepercayaan diri. Pendampingan orang tua lebih ke menjaga kebersihan tangan, bukan mencegah anak mengekplorasi fase oralnya dengan tangan.
6-12bln.
Pada fase ini, mulai memasukkan segala sesuatu ke mulut. Pengenalan makanan, benda yang boleh masuk mulut atau mana yang bahaya. Perlahan lahan.
Pada fase ini organ pencernaan makanan mulai tumbuh, seperti mulai tumbuh gigi yang membuat anak makin suka memasukkan segala sesuatu ke mulut.
12-18bln.
Pemantaban, pendampingan oleh kedua orang tua. Mulai toilet training.

Peran orangtua pada fase 0-24 bulan:
1. Ibu=bekaitan dengan menyusui, menumbuhkan bonding, memupuk rasa kepercayaan diri
2. Ayah=menghadirkan sosok ayah sangat penting, pendampingan saat bermain, sosok melindungi dan mengayomi, tidak ada salahnya ayah ikut serta dalam proses belajar makan adik.
Pertanyaan 2

Hapsoh
Mba mau nanya

Bagaimana kalau anak sudah besar bahkan dewasa tidak mau untuk menikah contohnya ada dua tetangga saya laki-laki yang tidak mau menikah yang satu sudah 40 tahun lebih katanya awalnya ibunya terlalu pemilih ke menantu jadilah anaknya sampai sekarang tidak menikah bahkan tidak ingin menikah sepertinya jadi tinggal bersama dengan ibunya nah yang satu lagi 30 tahun lebih anaknya terlalu pendiam dan pemalu, peran ayah hampir tidak ada dan ibunya depresi berat seperti orang gila sekarang tinggal dengan neneknya. Nah apakah orang seperti itu bisa dikembalikan ke fitrahnya? Karena kasihan juga mereka pasti tidak ada penerus dan orang yang membantu mereka saat masa tuanya.

▶️▶️▶️
Tanggapan 1
izin menanggapi ya mbak πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

Perlu dicari tahu terlebih dahulu apa alasannya tidak ingin menikah. tidak berani berkomitmenkah? tidak mampu menafkahi? atau orientasi seksualnya berubah (gay). Tentunya perlu diluruskan berdasarkan alasannya tidak ingin menikah tersebut. Tapi kalau dari cerita mbak hapshoh mengenai ibu yang terlalu memilih calon menantu, asumsi saya sepertinya ibu tidak memberikan ruang pada anak untuk membuat keputusan2 penting dalam hidupnya. mungkin ini juga bisa menjadi pencetus anak menjadi sulit untuk berkomitmen siap berumah tangga.

Tanggapan 2
Saya menambahi sedikit..

Mungkin dari orang tua si anak juga ada inner child yg belum selesai, sehingga mempengaruhi pengasuhannya kepada anak, yg selanjutnya akan terus dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya --> pentingnya kehadiran utuh kedua orang tua dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

Tanggapan 3
Banyak faktor penyebab yang seharusnya bisa diurai satu persatu.

Alasan orang sepertinya tidak mau menikah diantaranya
1. Ada trauma tentang pernikahan figur
2. Ada trauma tentang proses menuju pernikahan (pribadi) masuk didalamnya kasus dalam pacaran
3. Ada kegalauan karena tuntutan, termasuk belum merasa siap
4. Ada ketidakberesan masalah seksual
5. Ada faktor lingkungan, seperti sungkan melangkahi
6. Karena memang jodoh belum ketemu.
Tanggapan 4
Dan perkasus berbeda, tidak bisa dijeneralisasi penyelesaiannya
1. Ada trauma tentang pernikahan figur.
Meliputi didalamnya inner child. Disini harus ada proses penerimaan, memaafkan, kemudian lanjutkan

2. Trauma proses disini lebih ke pribadi, seperti mungkin pernah ditolak atau diabaikan (pengalaman pribadi🀭) harus ikhlas dan bisa melanjutkan hidup.

Trauma yang disebabkan karena orang tua, lakukan komunikasi, saling terbuka

3. Kalau karena merasa belum siap, peran orang orang terdekat mensuport secara emosional

4. Nah, kalau yang keempat ini penyebab yang terstruktur dari pola pengasuhan

5. Biasanya karena adat

6. Banyak berserah diri, setelah berusaha tentunya
Respon Mb Hafshoh :
Jadi harusnya kalau kita mampu mengurai akar penyebabnya bisa dikembalikan ke fitrah untuk menikah ya mba?
Respon Mb Lena
Iyap setuju.. diharapkan ketika akar permasalahan ditemukan maka bisa disembuhkan dan "luka" pengasuhan itu tidak perlu diturunkan dari generasi ke generasi.

Pertanyaan 4
Diya Marwa
Ijin bertanya

Di materi anak usia 7-10 sebaiknya didekatkan pada ayah untuk anak laki-laki dan pada ibu untuk anak perempuan.

Dan di usia 10-14 tahun sebaliknya.

Bagaimana jika pada fase 7-10 anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya. Sedangkan skr sudah masuk fase 10-14?

Jika prosesnya diulang, anak laki-laki didekatkan ke ayah, bagaimana dengan fase 10-14 nya dimana anak mestinya didekatkan ke ibu nya?
Usia 7-10 anak memasuki pubertas. Disini akan lebih mengena penjelasan tentang pubertas sesuai jenis kelamin. Sehingga pada fase ini menjawab kegalauan anak dan menghindarkan dari ketidak pd an.

Contoh, kok payudaraku ada 'batunya'/pringkilen kalau orang jawa.

Ketika ibu yang menjelaskan ada contoh nyata. Jadi anak tidak mengira ngira.

Pun sebaliknya untuk anak laki laki

Di usia 10-14 tahun justru kebalikannya, ini dimaksudkan untuk memberi bekal kehidupan buat anak - anak kita. Menanamkan figur orang tua yang baik. Agar anak-anak kita tidak salah memilih pasangan hidup

Tambahan Materi :
Tahapan perkembangan seksualitas anak:
1. Oral ( 0 - 18 bln)
2. Anal ( 2 - 3 thn)
3. Fase phallich ( 4 - 6 thn) / mengenali perbedaan jenis kelamin
4. Fase latent ( 7 thn - masa puber ) / seksual seolah tidak bekerja tapi intelektual berkembang pesat
5. Fase genital ( 11 - 18 thn ) / Fungsi seksual sudah aktif

Sumber : Detik.health

Tidak ada komentar:

Posting Komentar