Senin, 13 Mei 2019

Aliran Rasa, Game Level 2, Kelas Bunda Sayang

Alhamdulillah,,,,
Game Level 2 telah selesai, masih banyak banget PR saya sebagai ibu. Setelah nembaca obrolan review di group Bunsay rasanya seperti belum melakukan apa-apa :'(

Sangat mudah memang untuk mengajarkan suatu hal kemandirian, tapi sangat sulit untuk bisa konsisten. Butuh niat yang kuat dan bulat jika memang ingin memiliki kehidupan yang baik. demikian juga dalam mendidik anak sendiri, tak boleh lengah apalagi putus asa.

Seringkali terjadi konflik antara saya dan suami karena cara pemahaman yang berbeda tentang anak. Dan sering kali saya merasa tidak setuju dengan apa yabg disampaikan suami. ternyata memang butuh kompromi dalam mendidik. Beginilah efek dari buruknya komunikasi  yang tidak produktif antara saya dengan suami.

Masih banyak banget yang harus diubah, tapi saya belum menemukan cara, kapan waktu yang tepat untuk ungkapkan semua. dan tak tau harus dimulai darimana. khususnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan mendidik anak. karena suami itu tipe orang yang sulit  untuk diajak bicara, emosinya mudah sekali meninggi, sedangkan saya ini manusia yang baperan dan mudah sakit hati.

Sejauh saya mempraktekkan kemandirian pada anak, suami pun tak tau, karena saya tak pernah angkat bicara kalau saya sedang mempraktekkan ini itu. semuanya saya jalani dan praktekkan sendiri tanpa sepengetahuan suami. Entah kenapa, takutnya kalo ngomong dikira lebay dll.

yah,,,, beginilah, karena saya merasa waktunya belum tepat, saya masih merasa jauh dari suami. Masih merasa seperti orang lain. perasaan yang seharusnya tidak boleh ada pada hati seorang istri. tapi saya tak ingin berputus asa, saya pasti bisa tunjukkan sama suami kalau saya bisa berubah, berubah menjadi seperti yang dia inginkan. Meskipun  itu sangat sulit bagi saya. Karena latar belakang keluarga dan didikan ortu yang berbeda.

Saya tipe orang yang tak pandai berbicara, setiap kali saya ngomong seringkali disalah artikan oleh suami, karena nada bicara yang berbeda. Saya biasa berkata dengan nada tinggi, dan intonasi seperti layaknya orang dari daerah asal saya, sering menjadi masalah dalam komunikasi saya dengan suami. Saya lahir ditanah Sumatera dengan logat dan nada bicara yang tinggi, sesangkan suami jawa tulen. 

Sekarang, sudah hampir 1,5 tahun ini saya tak pernah lagi memprotes apapun yang ia lakukan, tak pernah lagi mengkritik hal yang tak saya suka darinya. demi menghindari konflik dengannya. namun tak jarang, pelampiasan kekesalan itu muncul diraut wajah saya yang kesal melihat ulahnya, ketika suami sadar akan raut wajah saya, seringkali dia marah sejadi-jadinya. Apalah daya, saat seperti itu, saya hanya bisa terdiam dan menyesali diri karena sudah bermuka masam dihadapannya. Meminta maaf pun percumap dan halhitu tak pernah lagi saya lakukan, karena tiap saya meminta maaf dia hanya menganggap percuma meminta maaf. tak pernah ada respon atas maaf dari saya. 

Yasudahlah,,, sejak saat itu, tak pernah lagi terucap kata maaf dari mulut ini. Tapi sebenarnya tak ingin seperti itu, namun saya yakin, suatu saat akan ada masa dimana saya dan suami bisa memiliki hubungan baik. Komunikasi yang baik, dan mimpi yang sama untuk masa depan dan anak-anak kami.

Harus terus istiqomah meminta keajaiban pada sang maha Pencipta melalui do'a, dan tak boleh berputus asa. Karena bagaimanapun juga, anak-anak harus terdidik dengan baik oleh orang tuanya. dan yang lebih khususnya adalah saya, sebagai ibu, harus benar-benar bisa super sabar dan telaten menjaga dan mendidik anak-anak saya. menyelesaikan semua konflik diri menyelesaikan diri degan segala permasalahannya. Karena saya sadar, rasa tidak percaya diri, rasa minder, dan rasa mudah putus asa yang ada pada diri ini benar-benar sumber penyakit terbesar dalam hidup saya ini. Padahal dibalik itu semua, sebenarnya saya memikiki potensi untuk maju dan bahagia dunia dan akhirat. 

Jika memang semua itu butuh waktu, semoga Allah segera membaikan semua yang tidak baik pada diri ini. 


menyelesaikan diri sendiri dulu... 

Melayani suami dengan sepenuh hati... 

mendidik anak-anak dengan kesungguhan... 

demi terciptanya  sebuah kebahagiaan... . 
seperti mimpiku,,,, 

menjadikan rumah bak jannah,,, 

menjadikan rumah sebagai tempat yang selalu dirindukan... 

Hingga diakhir hayat kelak, dapat berkumpul dengan suami dan anak-anak disurga.. 

aamiin... yaa robbal 'aalamiin.. 

Allahumma laa sahla illa maa ja'altahu sahla... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar